CERITA RUMAH BIRU


       Hal yang menarik hari ini adalah ketika saya kembali bertandang ke rumah biru, rumah kedua saya di salatiga selain di sumba, rumah biru mempunyai banyak arti buat saya. Kata rumah sendiri mempunyai beberapa makna sebagai tempat tinggal, sebagai tempat berteduh dikala hujan dan tempat berlindung dikala panas, rumah juga tempat melewatkan semua persoalan dikala suka dan duka, rumah  juga yang selalu bisa menerima ketika ditolak di tempat lain, rumah yang bisa selalu terbuka walaupun selalu pergi meninggalkannya.
      Oke saya akan mengupas sedikit mengenai rumah biru yang ada disalatiga. Awal saya dating salatiga pada pertengahan 2014, saya datang seorang diri dan seolah menjadi yatim piatu ditanah ini. Tetapi setelah agak lama di tempat ini, saya mencari tempat senyaman mungkin yang bisa menerima saya, ketika saya ada masalah dan lain2, saya mulai mencoba masuk berbagai rumah ada rumah kepanitiaan, ada rumah LKU, ada rumah perkantas, ada rumah gereja, tetapi rumah biru yang benar2 bisa menerima saya, yang walaupun perkantas dan gereja menerima saya tanpa syarat tapi saya lebih nyaman ketika berada di rumah biru.
      Ada satu hal yang saya alami sore tadi, saya melihat sesuatu yang luar biasa, saya mengenal seorang teman dan kami sudah saling mengenal hampir 2 tahun. Pada saat saya mengenalnya saya mempunyai kesan bahwa orang ini dilihat dari kepribadiannya pasti sulit untuk berubah apalagi mengikuti sesuatu yang berbau rohani. Satu tahun kemudian teman ini mulai masuk rumah biru dan pada saat itu juga saya merasa takut jangan-jangan orang ini akan membuat kekacaun dalam artian bisa saja mempermalukan rumah biru jika ada tamu yang datang dari kebiasaannya minum-minuman keras dan bisa menimbulkan keributan. Tetapi terjadi sesuatu yang benar-benar berbeda ketika saya bertemu dia hari ini, dia sudah berubah dia bahkan tidak sungkan mengikuti ibadah tetapi malah memimpinnya, sesuatu yang benar-benar luar biasa menurut saya dan mungkin bagi teman-teman yang juga sudah lama mengenalnya.
        Setelah pulang kos saya merenung apa yang membuat teman ini berubah? Sesuatu yang mustahil menurut saya, tetapi semakin lama merenung saya mulai mendapati bahwa yang pernah dikatakan orang tua bahwa ketika kita berada dilingkungan yang positif maka akan berpikir positif dan juga berlaku sebaliknya. Ternyata itu benar-benar terbukti walaupun selama ini saya meyakini tapi belum membuktikan secara langsung, dan hari ini saya membuktikan. Terlepas dari itu saya meyakini bahwa ini rencana Tuhan yang berlaku atas hidupnya dan penyataan kuasa Tuhan untuk dirinya. Tetapi semua ini terjadi berkat rumah biru yang selalu membuka pintu, selalu menerima tanpa memandang, dan mendidik anak-anaknya yang ada didalamnya untuk sama-sama mewujudkan apa yang menjadi tujuan hidup masing- masing. Terima kasih untuk penerimaan yang tulus itu, terima kasih Tuhan untuk rumah yang Engkau berikan ini.



Salatiga, 15-03-2016


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KRONOLOGI PROSES PEMILIHAN REKTOR UKSW PERIODE 2017-2022

PEMBINA MENGAKHIRI POLEMIK PEMILIHAN REKTOR UKSW TAHUN 2017