Postingan

PEMBINA MENGAKHIRI POLEMIK PEMILIHAN REKTOR UKSW TAHUN 2017

Gambar
          Polemik sekitar penolakan terhadap rektor terpilih UKSW, akhirnya berakhir dengan keputusan dari pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW). Pada tanggal 22 November 2017 pagi (sekitar pukul 09.00 WIB), pembina YPTKSW mengadakan rapat di ruang Probowinoto Gedung G UKSW, dengan mengundang tim hukum dari Senat UKSW dan tim hukum dari rektor tepilih, Neil Semuel Rupidara, SE., M.Si., P.hD. Dari isi paparan dan tanya jawab dengan kedua tim hukum tersebut, menjadi pertimbangan pembina YPTKSW untuk mengambil keputusan berkaitan dengan polemik yang sedang terjadi. Setelah rapat bersama kedua tim hukum hingga sore hari, maka dilanjutkan dengan rapat tertutup oleh pembina, yang merupakan utusan dari 18 gereja pendukung UKSW. Pada sekitar pukul 23.00 WIB, pembina YPTKSW menghubungi rektor UKSW saat ini, Pdt. Drs. John A. Titaley, T.hD, dan rektor terpilih, Neil S. Rupidara, SE.,M.Si.,P.hD, untuk hadir dalam rapat pembina. Tujuan dari panggilan tersebut, untuk

KRONOLOGI PROSES PEMILIHAN REKTOR UKSW PERIODE 2017-2022

Gambar
Salatiga ,31 Agustus 2017 2 Juni 2017 Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)  mengadakan pemilihan Rektor periode 2017-2022. Pemilihan rektor ditentukan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW). Setelah proses pemilihan YPTKSW menetapkan dan memutuskan Saudara Neil S Rupidara sebagai Rektor terpilih UKSW. Namun, setelah terpilih terjadi polemik di Universitas karena Senat Universitas UKSW tidak setuju dan menolak keputusan Yayasan. Penolakan terhadap keputusan ini karena Senat Universitas menilai bahwa dalam proses pemilihan Rektor tersebut pertimbangan normatif Senat Universitas yaitu Rektor dengan jabatan fungsional akademik Professor tidak diperhatikan. Melihat polemik yang terjadi, perlu kiranya ada suatu kronologi yang jelas terkait pemilihan Rektor. 

SIAPA YANG SALAH??

Gambar
Pendidikan perguruan tinggi terasa keren dan meyakinkan, karena belum tentu semua orang dapat menikmatinya, mungkin karena masalah ekonomi, kemampuan intelektual dan persoalan lain. orang-orang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi kadang kala diberi standar tinggi dan dianggap mampu menyelesaikan semua masalah padahal masing-masing yang menempuh pendidikan mempunyai fokus kajian ilmu yang berbeda, harapan ini tentu saja tidak berlebihan toh orang-orang yang memberi standar itu tidak mengerti dan tidak mampu membedakan kajian ilmu yang sedang ditempuh seseorang. nha sebagai seorang yang sudah menempuh pendidikan tinggi diharapkan mampu untuk menjelaskan persoalan ini sehingga tidak disalahartikan. dari hal kecil seperti ini orang yang menenmpuh pendidikan tinggi juga diharpkan mampu mencerahkan masyarakat melalui fokus kajian ilmu yang dimilik. tetapi yang menjadi persoalan adalah bagaiman jika orang yang menempuh pendidikan tinggi yang diharpkan mampu mencerahkan masyarkat t

Yaser Wunga - Percaya Padaku (Official Video)

Gambar

Hope You Like This Video

KRISIS INTELEKTUAL ANAK MUDA AMUNGME

Gambar
Kritik terhadap Matinya Intelektual Amungm    Ditinjau dari pemikiran Antonio Gramsci terhadap Intelektual muda di Italy oleh; Benjamin Magal          Dalam bukunya prison notebooks, Antonio Gramsci menjelaskan pandangannya tentang kaum intelektual pada masanya di Italia. Pada bagian awal, Antonio Gramsci menjelaskan bahwa seseorang dikatakan  berintelektual tidak harus  menjadi seorang ahli sastra, matematik, filosofi dan seniman (termasuk jurnalis). Intelektual tidak dicirikan oleh aktivitas Intrinsik yang dimiliki oleh semua orang, namun oleh fungsi yang dijalankannya .  Menurut Gramsci kaum intelektual adalah semua orang yang mempunyai fungsi sebagai organisator  dalam sebuah lapisan masyarakat dalam satu wilayah produksi (mungkin dalam bidang politik atau sosial budaya) serta bisa melakukan dobrakan ganda (double break). Mereka bukan hanya pemikir, penulis atau seniman namun juga organisator seperti pegawai negeri atau pemimpin politik. Mereka tidak hanya berguna d

Bullying

Gambar
         Berawal dari SD, ketika jamannya di bully dan membully membuat saya berpikir  tentang kekurangan  yang saya alami dan akhirnya menyesali hidup. Hal yang paling saya ingat adalah saya mempunyai dua gigi depan yang besar sendiri sehingga saya sering di bully dengan ucapan gigi kelinci.  Saya berpikir kenapa Tuhan kasih saya gigi yang seperti ini, kenapa gigi ini besar, kenapa gigi ini dan itu, dan hal tersebut selalu terngiang-ngiang di kepala saya yang akhirnya membuat saya semakin tenggelam dan menyesali kehidupan saya. Saya sempat berencana memotong gigi saya ini menjadi rata, dan membuatnya lebih kecil, tetapi hal itu menjadi batu sandungan bagi saya untuk tidak bisa bangkit dan akhirnya hanya meratapi dan berkhayal terus-menerus kapan gigi ini berubah.           Berawal dari bullying yang kecil ini saya merasa diri saya dikerdilkan oleh ucapan-ucapan orang lain terhadap diri saya. Dan itu membuat saya jarang senyum, foto tidak pernah buka gigi, dan tertawa tidak le